Manusia tercipta dalam rahim, manusia lahir kemudian tumbuh dan berkembang seiring meningkatnya tuntutan hidup. Untung ketika kita lahir dengan segala keterbatasan yang kita miliki ketika itu, muncul dua orang sosok pahlawan. Masa demi masa berlalu, tinggal menunggu giliran kita untuk melakoni peran yang sama dimana hati nurani dan nalar mendorong kita untuk bisa menjadi pahlawan. Manusia mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kodrat sebagai manusia menuntut kita untuk bisa melakukan banyak hal; melaksanakan tugas sebagai hamba, tugas sebagai anggota masyarakat dan tugas sebagai orang yang bertanggung jawab penuh atas keluarga, sahabat serta orang-orang disekitar kita. Itulah amanah yang harus kita emban sebagai manusia.
Manusia tercipta dari setitik air mani yang terbuat dari saripati tanah. Setitik air itu kemudian berubah menjadi segumpal darah melewati beberapa fase dan menjadi segumpal daging. Segumpal daging itu kemudian berkembang menjadi tulang belulang yang dibungkus dengan daging. Dalam waktu kurang lebih 9 bulan 10 hari setelah melewati perjuangan yang luar biasa dari seorang ibu, akhirnya sosok manusia terlahir kedunia ini. Meski tercipta dari setitik air mani kemudian harkat dan martabat manusia diangkat beberapa derajat oleh Allah SWT dengan membekali potensi biologis yang sangat luar biasa yang menempatkan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dan dipercaya untuk menjadi khalifah serta pemimpin dunia. Terlebih lagi Allah SWT menghemparkan berbagai fasilitas di muka bumi ini yang diperuntukkan guna mendukung tugas kekhalifaan manusia.
Manusia terlahir untuk menghadapi berbagai tantangan hidup disela-sela kebahagian yang datang, kadang susah, kadang duka, senang dan sedih datang silih berganti. Ketika terlahir ke dunia ini, awalnya manusi muncul sebagai sosok individu yang tidak berdaya dan tidak tahu apa-apa. Untung ketika itu ada sosok yang diberi amanah menutupi kekurangan itu, dialah kedua orang tua kita, mom and dad. Dengan susah payah mereka membesaran kita. Ketika kita masih bayi mereka harus tersentak disaat terjaga kemudian terbangun, mereka harus beranjak dari mengisi perut ketika mendengar kita terisak namun sosok itu senantiasa tabah dan memegang amanah. Dinamika hidup yang harus dialami oleh pahlawan kita semakin kompleks mulai dari harus memenuhi kebutuhan makanan, minuman, pakaian, sampai pada kebutuhan akan perlengkapan penunjang dan hiburan seperti: HP, TV, laptop dan sebagainya yang tentunya harus dibayar dari hasil kerja keras mereka untuk waktu yang lama. Mungkin beberapa dari kita sedikit lebih beruntung terlahir dari dua orang pahlawan yang mapan dan berkecukupan sehingga mereka tidak perlu terlalu bersusah payah untuk memenuhi daftar kebutuhan kita. Sebaliknya ada yang lahir dan memberi tuntutan kepada mereka untuk bekerja lebih keras demi segelas susu dan sesuap nasi, namun itulah dinamika hidup yang tertulis dalam skenario perjalanan hidup manusia.
Setelah melewati masa balita kemudian kita mulai diperhadapkan dengan tuntutan baru yang harus mereka penuhi dimana kita diperhadapkan dengan kebutuhan untuk menjadi manusia yang seutuhnya, kebutuhan akan pendidikan yang tentunya ada konsekuensi ekonomi terhadap pendidikan yang berkualitas. Pendidikan sebagai wadah yang sudah dikonsep dan didesain sedemikian rupa untuk bisa memanusiakan manusia. Tapi kemudian benarkah pendidikan bisa memeanusiakan manusia. Diri pribadi masing-masinglah yang menuliskan jawabannya. Jawaban yan kita akan lihat dan rasakan sebagai hasil dari proses memanusiakan manusia akan tergantung bagaimana cara kita menjalaninya, tergantung seberapa besar waktu yang kita mau luangkan untuk mengisi diri dengan keterampilan dan keilmuan yang akan membantu kita mencapai tujuan hidup.
Teringat pesan seorang guru besar yang mengatakan kepada mahasiswanya “Nak tidak usah pesimis dan terlalu merendahkan dirimu dengan selalu mengatakan saya ini bodoh. Lanjutnya, “Di dunia ini sebenarnya tidak ada orang yang bodoh. Mereka yang selama ini kita sebut sebagai orang pintar sebenarnya mereka tidak lebih pintar dari kita melainkan mereka hanya mau meluangkan lebih banyak waktu untuk belajar”.
Kembali kepada topik biografi manusia, sadar atau tidak berbagai perjuangan hidup yang telah orang tua kita upayakan terhadap kita sebagai seorang anak mulai sejak kita lahir, dibesarkan, tumbuh, mengenyam pendidikan, kerja keras memenuhi berbagai macam kebutuhan, serta tantangan yang harus mereka jalani ketika berusah mendampingi kita untuk menjadi manusia seutuhnya adalah fase yang anda dan saya harus lewati nanti karena itulah titian perjalanan hidup manusia. Seringkali kita harus diyakinkan oleh waktu dan keterlibatan kita secara langsung melakoni peran sebagai orang tua untuk bisa menyadari akan betapa sulitnya tantangan mengemban tanggung jawab mereka.
Mungkinkah kita punya kesempatan untuk membalasnya. Membalas orang yang berbuat banyak hal untuk kita yang betul-betul tanpa pamrih dan tanpa berharap tanda jasa. Disuatu masa dimana mereka sudah tidak punya berdaya meski telah berupaya, kulit mulai mengeriput dan mereka meski lesu karena terus berupaya. Ketika itu, kitalah tumpuan utama harapan mereka. Mampukah kita memenuhi keinginan mereka, layaknya mereka memberi semua yang kita minta. Mungkinkah mereka tinggal memberi isyarat dan semua keinginannya akan kita beri. Seringkali akan kita dapati, mereka malu untuk meminta sedikit dari apa yang Allah berikan untuk mereka melalui kita. Lihatlah betapa mereka tidak pamrih.
Tanamkan dalam diri bahwa kitalah yang bertanggung jawab atas diri mereka. Syaratnya adalah kita harus menjadi manusia seutuhnya untuk bisa menghadirkan sesuatu yang hendak kita beri. Seiring berjalannya waktu, secara alami kita akan melakoni peran yang sama seperti peran yang pernah mereka lakoni. Kita akan melewati masa dimana sang anak secara alami menuntut berbagai hal seperti apa yang anda dan saya pernah tuntut. Kita akan memerankan skenario kehidupan yang mereka pernah perankan. Episode dimana kita harus tersentak dari tidur lelap, beranjak dari mimpi indah yang tengah memanjakan kita, harus berupaya memenuhi permintaan kita meski dengan segala keterbatasan mereka. Tahukah kita bahwa hati mereka menangis lebih keras ketika kita meminta yang mereka tidak bisa beri. Kekecewaan kita tidak lebih besar daripada kekecewaan mereka. Percaya atau tidak tinggal menunggu beberapa episode hidup untuk bisa merasakan hal yang sama maka bersiaplah dari sekarang atau mulailah mencoba dari sekarang karena seringkali seorang anak berkeinginan untuk berbuat tapi Tuhan tidak memberikan kita kesempatan. Mulailah dari sekarang dari hal kecil yang kita bisa.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani kami jadikan segumpal darah, lalu tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia mahluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian akan benar-benar mati.
(Al-Quran Surat Al Mu’minun Ayat 12-15)